KlikDokter
Indonesia merupakan salah satu negara dengan masalah gizi yang beragam. Sejumlah penelitian turut menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia cenderung meningkat tidak seperti beberapa negara ASEAN lain, yakni Malaysia atau Thailand.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, perkembangan masalah gizi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga. Ketiganya yaitu masalah gizi yang sudah terkendali, yang belum dapat diselesaikan, serta yang sudah meningkat dan mengancam kesehatan masyarakat.
Ada tiga macam permasalahan gizi di Indonesia yang sudah terkendali, yaitu kurang vitamin A, gangguan akibat kekurangan iodium/yodium (GAKI), dan anemia. Berbagai masalah ini ditanggulangi melalui program pemerintah. Simak rinciannya.
Kekurangan Vitamin A (KVA) termasuk masalah gizi di Indonesia yang umum dialami oleh anak-anak dan ibu hamil. Meskipun masalah ini sudah dapat dikendalikan, kekurangan vitamin A dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani. Pada anak-anak, kondisi ini bisa menyebabkan masalah penglihatan hingga kebutaan. Risiko penyakit diare dan campak juga meningkat. Sementara pada ibu hamil, efeknya yakni peningkatan risiko kebutaan hingga kematian saat persalinan. Namun, Indonesia kini mampu mencegah masalah gizi ini dengan pemberian kapsul vitamin A di Puskesmas. Pemberian kapsul dilakukan dua kali dalam setahun, tepatnya pada bulan Februari dan Agustus sejak anak berumur enam bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU/International Unit) diberikan untuk bayi umur 6 – 11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan.
Tubuh membutuhkan yodium untuk menghasilkan hormon tiroid. Hormon ini mengatur proses metabolisme, pertumbuhan, penurunan atau pertambahan berat badan, dan denyut jantung. GAKI bukanlah satu-satunya penyebab penurunan kadar tiroid di dalam tubuh. Meski begitu, kekurangan yodium diketahui dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid secara tidak normal. Kondisi ini dikenal sebagai penyakit gondok. Guna menanggulangi masalah gizi ini, pemerintah telah mewajibkan penambahan yodium sekurangnya 30 ppm ke dalam semua produk garam yang beredar. Jadi, pastikan Anda sudah menggunakan garam beryodium untuk menjaga kesehatan tubuh.
Anemia merupakan kondisi tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen. Masalah kesehatan ini paling banyak ditemukan pada ibu hamil dengan gejala berupa rasa lelah, pucat, detak jantung tidak teratur, dan pusing. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, lebih dari 37% ibu hami mengalami anemia. Studi menunjukkan bahwa ibu hamil yang anemia memiliki risiko meninggal dalam proses persalinan hingga 3,6 kali lebih besar akibat pendarahan dan/atau sepsis. Untuk mencegah anemia, ibu hamil dianjurkan untuk meminum paling sedikit 90 pil zat besi selama kehamilan. Zat besi yang dimaksud yaitu semua jenis zat besi selama masa hamil, termasuk yang dijual bebas dan multivitamin yang mengandung zat besi.
Stunting merupakan masalah gizi kronis yang cukup umum di Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama, umumnya karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Gejala-gejala stunting yakni sebagai berikut.
Pada 2013, sebanyak 37,2% balita di Indonesia mengalami stunting. Kondisi ini sering kali dianggap normal karena alasan keturunan. Padahal, stunting dapat memengaruhi perkembangan otak, dan mengurangi produktivitas seseorang di usia muda. Stunting juga meningkatkan risiko pengembangan penyakit tidak menular pada usia lanjut. Masalah gizi ini bahkan dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas, dan kematian akibat infeksi. Waktu terbaik untuk mencegah stunting yaitu sejak awal kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak. Pemberian ASI eksklusif dan gizi seimbang pada balita perlu menjadi perhatian khusus agar anak tidak tumbuh pendek atau stunting.
Tubuh kurus akibat gizi kurang kerap dinilai lebih baik daripada tubuh gemuk akibat gizi lebih. Padahal, obesitas dan gizi kurang sama-sama berdampak buruk bagi kesehatan. Sebagai awalan, Anda bisa mengukur kategori status gizi melalui kalkulator BMI. Masalah gizi kurang di Indonesia sudah bisa terjadi sejak bayi lahir. Ciri utamanya yakni bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi dikatakan mengalami BBLR bila berat badannya ketika lahir kurang dari 2.500 gram (2,5 kilogram). Bayi yang lahir dengan BBLR umumnya memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik. Pasalnya, kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Gizi kurang dimulai sejak awal kehidupan dan bisa berlanjut hingga dewasa. Beberapa risiko yang berawal dari masalah gizi ini yakni:
Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report pada 2018 Indonesia termasuk ke dalam 17 negara yang memiliki 3 permasalahan gizi sekaligus. Masalah gizi di Indonesia itu termasuk stunting (pendek), wasting (kurus), dan overweight (obesitas). Obesitas (gizi lebih) termasuk dalam masalah gizi yang mengancam kesehatan masyarakat. Kondisi ini terjadi saat terdapat kelebihan lemak yang serius pada tubuh sehingga menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Penyebab gizi lebih yang paling mendasar yaitu ketidakseimbangan energi dan kalori yang dikonsumsi dengan jumlah yang dikeluarkan. Jika kalori yang masuk lebih banyak dibandingkan yang keluar, kalori ekstra tersebut dapat berubah menjadi lemak. Bila sejak kecil anak sudah mengalami obesitas, mereka akan lebih rentan mengidap penyakit tidak menular ketika dewasa. Masalah gizi ini berkaitan erat dengan diabetes tipe 2, penyakit stroke, dan penyakit jantung.