Maiko dari Anime Maiko-san Chi no Makanai-san
1. Umur
Seseorang yang ingin menjadi maiko hanya diperuntukkan untuk mereka yang masih berusia 14-17 tahun saat pertama kali menjalani pelatihan, dengan batas usia maksimal 20 tahun. Terdapat sedikit perbedaan aturan antara maiko (calon geiko di Kyoto) dan hangyoku (calon geisha di Tokyo). Karena Kyoto sendiri memiliki hukum lokal yang memperbolehkan remaja wanita untuk ikut terjun ke dalam dunia perdagangan dan mengabaikan sekolah SMA, dan biasanya para calon maiko memulai latihan pada usia 15 tahun. Namun, karena Tokyo tak memiliki hukum seperti itu, hangyoku biasanya memulai latihannya pada usia 18 tahun. Maiko dan hangyoku juga harus berkebangsaan Jepang.
Beberapa orang yang telah memulai lebih awal latihannya, yaitu ketika di usia sangat muda, mungkin akan menjadi seorang shikomi terlebih dahulu. Shikomi sendiri bertugas untuk membantu di sekitar okiya (rumah geisha), di mana geisha atau geiko tinggal. Mereka yang akan mengiringi geiko dan maiko menuju tempat perjanjian mereka dan membantu memegang tas atau melakukan pekerjaan sederhana sambil belajar tentang budaya geiko. Perlu diingat, untuk menjadi seorang maiko, tidak harus untuk menjadi shikomi terlebih dahulu.
2. Latihan
Serangkaian proses yang ditempuh untuk berlatih menjadi seorang maiko bisa menempuh waktu hingga 5 tahun. Namun, menjadi seorang maiko juga memiliki opsi lain yang lebih terbuka. Sebenarnya, seorang wanita bisa saja langsung menjadi geisha atau geiko jika sudah menginjak usia 23 tahun. Namun, proses umumnya melalui tahapan maiko dapat menambah reputasinya. Mereka tetap akan dianggap sebagai seorang calon geiko setidaknya selama satu tahun, meskipun tidak ingin menjadi maiko terlebih dahulu. Mereka juga tidak akan mengenakan hiasan wajah shiro-nuri sampai okaa-san (pemilik okiya) memutuskan ia sudah pantas menjadi seorang geiko.
Saat seorang remaja wanita diperkenalkan pada sebuah okiya, ia akan menemui okaa-san (pemilik okiya). Selannjutnya, akan ada proses wawancara. Okaa-san akan melihat secara langsung, apakah remaja wanita tersebut dapat menjalani latihan berat untuk menjadi seorang maiko. Ia juga akan melihat apakah orang tua dan sang remaja wanita memiliki keinginan yang sama. Jika ia menganggap bahwa seorang remaja wanita tak cocok menjadi maiko, ia berhak untuk menolaknya.
Tinggal dan hidup dalam okiya terlihat sangat sulit dan penuh dengan aturan ketat, serta tradisional. Okiya sebagai tempat di mana orang-orang berkumpul, jadi para maiko harus tinggal bersama. Okiya juga bukanlah menjadi bisnis yang menguntungkan, dikarenakan di satu sisi mereka harus juga membiayai kehidupan para remaja wanita, makanan, pakaian, keperluan hias wajah dan masih banyak lagi. Karena itulah, sikap okaa-san selalu tegas dan selalu ingin melihat keinginan kuat, serta rasa kemanusiaan yang dimiliki para remaja wanita.
3. Upacara
Proses latihan seorang maiko bisa mencapai 5 tahun. Namun, menjadi maiko juga memiliki opsi terbuka. Sebenarnya, seorang wanita bisa saja langsung menjadi geisha atau geiko jika sudah menginjak usia 23 tahun. Namun, di dalam proses normal melalui tahapan maiko akan menambah reputasinya. Dan meskipun tidak ingin menjadi maiko terlebih dahulu, ia tetap akan dianggap sebagai seorang calon geiko setidaknya selama satu tahun. Ia juga tidak akan mengenakan makeup shiro-nuri sampai okaa-san memutuskan ia sudah layak menjadi seorang geiko,
Terlihat bahwa transisi seorang maiko untuk menjadi geiko dirayakan dalam sebuah upacara bernama erikae. Ia tak akan lagi mengenakan furisode (kimono berlengan lebar yang dikenakan wanita muda yang belum menikah dan obi (jenis ikat pinggang yang digunakan pada setelan yukata atau kimono)yang melambangkan maiko. Setelah resmi menjadi seorang geiko, ia dapat mengenakan katsura (wig) tanpa harus menata rambutnya secara manual dan mengganti okobo (sandal dengan sol kayu tebal) menjadi zori (sandal).
https://japanesestation.com/culture/tradition/begini-kisah-perjalanan-panjang-menjadi-seorang-maiko