https://japanese.binus.ac.id/2019/11/26/10009/
Budaya unik Jepang telah dibentuk oleh tren dan kekuatan dari dalam dan luar negeri. Memahami hal ini dan bagaimana mereka telah membentuk masyarakat Jepang akan membantu Anda dalam berurusan dengan orang Jepang, bisnis, dan masyarakat pada umumnya.
Orang Jepang sangat efektif dalam mengadaptasi agama dan aliran pemikiran dari luar negeri. Konfusianisme dan Buddhisme datang ke Jepang melalui Cina dan Korea, dengan orang Jepang mengambil ajaran ini dan menyesuaikannya dengan kondisi dan sensibilitas lokal. Setelah lebih dari dua abad menutup diri, Jepang melakukan hal yang sama lagi dengan ide-ide dan institusi Barat dari tahun 1860an dan seterusnya dengan sukses besar. Budaya Jepang modern dapat dilihat sebagai penguatan timbal balik dari tradisi Shinto, Buddha, dan Konfusianisme kuno yang dilapisi dengan institusi modern.
Untuk bisnis asing yang ingin terjun di pasar Jepang, sangat penting untuk mendapatkan pemahaman tentang beberapa praktik budaya Jepang yang mendasar, terutama saat diterapkan dalam konteks bisnis.
Umur dan status
Menghormati usia dan status sangat penting dalam budaya Jepang, dengan hierarki yang memengaruhi semua aspek interaksi sosial. Orang Jepang paling nyaman berinteraksi dengan seseorang yang mereka anggap setara. Status ditentukan oleh kombinasi peran seseorang dalam suatu organisasi, organisasi tempat mereka bekerja, universitas mereka, dan situasi perkawinan mereka.
Kartu Bisnis
Pertukaran kartu nama (meishi) adalah bagian penting dari pertemuan awal di Jepang dan mengikuti protokol yang ketat. Hal ini memungkinkan orang Jepang untuk mengetahui hal penting, seperti posisi, gelar, dan peringkat rekan mereka. Saat masih berdiri, Anda harus dengan sopan menyerahkan kartu nama dengan dua tangan dan menerima kartu nama lawan bicara sebagai balasannya. Membungkuk kecil sebagai bentuk penghormatan saat bertukar kartu nama biasanya dilakukan. Jangan hanya memasukkan kartu ke dalam saku; alih-alih luangkan beberapa detik untuk meninjau nama dan judul, mengomentarinya jika ada waktu. Jika Anda sedang duduk, letakkan di atas meja di depan Anda selama rapat berlangsung. Jika memungkinkan, letakkan kartu rekan paling senior di atas dengan bawahan mereka di bawah atau di kiri.
Nama Jepang
Seperti di banyak bagian Asia, nama keluarga Jepang didahulukan, dan diikuti dengan nama yang diberikan. Misalnya, jika seseorang diperkenalkan sebagai Tanaka Hiroshi, Tanaka adalah nama keluarga dan Hiroshi adalah nama yang diberikan. Biasanya memanggil seseorang dengan nama keluarga mereka diikuti dengan kehormatan san, Tanaka-san misalnya. Sementara san mirip dengan Mr, Mrs dan Ms dalam bahasa Inggris, san lebih fleksibel karena dapat digunakan untuk kedua jenis kelamin dan cocok dengan nama keluarga atau nama yang diberikan. Tapi jangan gunakan san saat mengacu pada diri sendiri. Selalu sapa orang dengan nama keluarga mereka sampai Anda diundang untuk memanggil mereka dengan nama asli mereka.
Membungkuk dan berjabat tangan
Membungkuk adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari di Jepang, termasuk dalam konteks bisnis. Orang Jepang membungkuk kepada mereka yang lebih tua dari mereka sebagai salam dan menunjukkan rasa hormat. Orang yang junior memulai membungkuk dari pinggang ke sudut antara 30 dan 40 derajat dari vertikal. Pria menjaga lengan mereka di sisi badan dan wanita dapat menyilangkan tangan atau jari mereka setinggi paha. Bungkuk yang kurang ditekankan, biasanya sekitar 15 derajat, dikembalikan sebagai pengakuan dari orang yang lebih senior. Dianggap sebagai perilaku yang buruk dan agresif untuk melakukan kontak mata dengan seseorang ketika Anda membungkuk kepada mereka; ini biasanya dilakukan oleh para pesaing dalam seni bela diri sebelum mereka bertarung. Sapalah individu dengan status tertinggi terlebih dahulu, diikuti oleh yang tertua saat bertemu dengan sekelompok orang Jepang.
Membangun relasi
Jepang adalah budaya yang lebih berorientasi pada hubungan daripada negara lain, terutama dalam hal berbisnis. Orang Jepang ingin mengenal dan mempercayai seseorang sebelum berbisnis dengan mereka. Hubungan dikembangkan melalui pertemuan sosial informal dan umumnya melibatkan banyak makan dan minum.
Aturan berbusana
Penampilan sangat penting, dan orang Jepang cenderung berpakaian lebih formal daripada negara lain. Pakaian bisnis bersifat konservatif, dengan penekanan pada kesesuaian daripada ekspresi individu. Pria harus mengenakan setelan bisnis berwarna gelap dengan dasi dan kemeja putih. Perhiasan untuk pria harus dijaga seminimal mungkin, jam tangan dan cincin kawin tidak masalah. Wanita juga harus berpakaian konservatif dan dengan warna lembut.
Kesopanan
Budaya Jepang menghargai kesederhanaan dan kerendahan hati. Berbicara dengan nada yang tenang dan tidak terlalu banyak menggerakkan tangan akan memberikan kesan yang sederhana, tenang, dan rendah hati.