https://ebooks.gramedia.com/id/buku/gadis-minimarket-convenience-store-woman
Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah buku berjudul “Convenience Store Woman“ atau yang sudah diterjemahkan ke dalam buku Bahasa Indonesia menjadi “Gadis Minimarket”. Buku ini merupakan salah satu buku yang ditulis oleh Sayaka Murata, seorang penulis berkebangsaan Jepang. “Convenience Store Woman” merupakan debut pertama karyanya yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Tak menyangka karya pertamanya yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris ini laris manis di pasar pembaca.
Pada tahun 2016, buku ini pun juga memenangkan Akutagawa Prize yang bergensi di negara asal sang penulis, Jepang. Lalu, apa yang menarik dari buku ini?
Mari kita intip isi bukunya!
Buku ini menceritakan tentang kisah seorang Wanita berumur 36 tahun bernama Keiko Furukuwa yang hampir separuh hidupnya, selama 18 tahun bekerja sebagai pegawai konbini / convenience store / minimarket di Jepang. Keiko dianggap aneh oleh orang-orang sekitar termasuk rekan kerjanya karena mempertahankan pekerjaannya sebagai “pekerja part-time” di minimarket.
Ia dianggap berbeda dan tidak normal karena tidak berpikir untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik dan layak menurut rekan kerja dan lingkuangan sekitarnya. Sampai umurnya di angka 36 tahun pun, Keiko belum perpikir untuk menikah dan memiliki anak. Yang membuatnya semakin dianggap berbeda dan dikucilkan oleh masyarakat.
Yang menarik adalah, Keiko sendiri merasa nyaman dengan apa yang ia lakukan saat ini. Dan ia bingung dengan definisi “normal” seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang di sekitarnya.
Saya merasa cerita ini adalah gambaran masyarakat kita pada umumnya, tidak hanya Jepang, namun juga masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa standar kesuksesan bagi setiap orang harus lah sama. Seperti; bekerja tetap yang “layak” (meski layak bagi setiap orang tentunya berbeda, bukan?), kemudian menikah, memiliki anak dan daftar-daftar lain, yang membuat orang yang melakukan hal yang berbeda (atau belum mencapainya) dianggap aneh bahkan lebih ekstrem lagi dianggap “tidak sukses”.
Padahal, bagi Keiko sendiri pekerjaannya sudah cukup untuknya. Ia menyukai pekerjaannya, ia bekerja secara professional, ia bisa menghidupi kehidupannya dengan baik, ia tidak mengganggu orang lain. Mengapa orang lain jadi sibuk dengan kehidupannya hanya karena ia dianggap tidak “normal” dan mengambil "jalur" yang berbeda?
Selain melihat kehidupan Keiko, buku ini juga membuat kita melihat dinamika kehidupan bekerja di Convienience Store atau minimarket. Serta budaya dan kehidupan sosial masyarakat di Jepang.
Convenience Store Woman sangat menarik untuk dibaca, buku yang ringan untuk dibaca saat weekend atau istirahat dari kepenatan aktifitas. Selain buku terjemahan karya Sayaka Murata ini tidak tebal, hanya 164 halaman, buku ini juga bisa menjadi buku reflektif yang mengajak kita merefleksikan diri diakhir tahun.
Bagaimana kah kita memaknai pekerjaan kita? Apakah kita bekerja karena tuntutan sekitar? Atau kita betul-betul menyukainya?
written by @firassabilan