https://www.kyoto-musubi.com/blog/kouzu_top.jpg
Pada abad ke-8, masyarakat Jepang diketahui mulai menggunakan sebuah potongan kain yang lebar untuk membungkus hadiah atau barang pribadi. Potongan kain ini yang kemudian dikenal dengan istilah “Hirazutsumi”. Hira sendiri yang dalam bahasa Jepang bermakna “datar”, dan tsutsumi bermakna “paket”. Istilah tersebut lebih ditujukan pada gaya membungkus hadiah tanpa ikatan yang sederhana dan formal.
Pada akhir abad ke-16, Kontribusi untuk istilah furoshiki sendiri dimulai, di mana pemandian umum mulai populer dan meluas di Jepang. Nama furoshiki sendiri muncul Ketika para bangsawan ingin menghindarkan dari barang-barang yang tercampur, sehingga mereka membungkus barang pribadi mereka ke dalam kain persegi yang telah dihiasi dengan lambang keluarga mereka. Furo dalam bahasa Jepang bermakna “mandi”, dan shiki yang berarti “menyebarkan”.
Furoshiki berinovasi dengan cepat dikarenakan keunggulannya yang dapat membungkus benda apa saja selama kain yang digunakan memiliki ukuran yang tepat, sehingga membuat masyarakat lebih memilihnya sebagai pembungkus hadiah dibandingkan dengam kertas.
Hingga memasuki pertengahan abad ke-20, masyarakat Jepang mulai memiliki ide yang beragam untuk berkreasi menggunakan furoshiki. Mulai dari menggunakannya sebagai tas belanja, dompet, tas tangan, hingga pembungkus bento makan siang. Bahkan, berbagai perayaan juga menggunakan furoshiki sebagai pembungkus hadiah lho.
Furoshiki memiliki berbagai macam bahan dan motif dan umumnya, furoshiki terbuat dari bahan seperti sutra, rayon, nilon, kanvas, atau kain lainnya. Sedangkan untuk motifnya sendiri, seperti bunga, hingga motif-motif dengan simbol keberuntungan seperti burung bangau maupun pohon pinus. Hal paling utama dari penggunaan furoshiki, khususnya di era modern seperti saat ini, adalah fakta bahwa furoshiki dapat menggantikan kantong plastik dan bagaimana kain ini dapat digunakan kembali.
https://japanesestation.com/culture/tradition/mengenal-furoshiki-seni-membungkus-dari-jepang