Jepang, salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia, saat ini sedang menghadapi tantangan besar: kekurangan tenaga kerja. Masalah ini tidak hanya berdampak pada sektor industri besar, tapi juga terasa di bisnis kecil, layanan kesehatan, hingga pertanian. Lalu, kenapa negara maju seperti Jepang bisa kekurangan pekerja? Ini beberapa alasannya:
Faktor utama dari krisis tenaga kerja di Jepang adalah penurunan jumlah penduduk dan penuaan populasi. Berdasarkan data pemerintah:
Lebih dari 28% penduduk Jepang berusia di atas 65 tahun.
Tingkat kelahiran terus menurun selama beberapa dekade.
Dengan makin sedikitnya jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun), tenaga kerja menjadi langka, sementara kebutuhan terhadap layanan, terutama untuk lansia, justru meningkat.
Banyak anak muda Jepang enggan mengambil pekerjaan yang dianggap berat, bergaji rendah, atau kurang prestisius. Beberapa contohnya:
Pekerjaan konstruksi
Pertanian
Layanan perawatan lansia (kaigo)
Restoran dan jasa layanan lainnya
Pekerjaan semacam ini sering kali memiliki jam kerja panjang dan tuntutan fisik tinggi, sehingga tidak menarik bagi generasi muda.
Berbeda dari banyak negara lain yang mengandalkan tenaga kerja asing, Jepang selama ini dikenal sangat membatasi imigrasi. Meski beberapa program seperti Tokutei Ginou dan Technical Intern Training sudah dibuka, jumlah tenaga kerja asing masih belum cukup untuk menutup kekurangan yang ada.
Bisnis kecil dan menengah, terutama di daerah pedesaan, sangat merasakan kekurangan tenaga kerja. Banyak dari mereka kesulitan merekrut pekerja baru, sehingga produktivitas menurun dan beberapa usaha terpaksa tutup.
Pandemi memperparah situasi. Pembatasan perjalanan membuat banyak calon pekerja asing tidak bisa masuk Jepang, sementara di dalam negeri banyak pekerja mengundurkan diri dan belum kembali bekerja hingga kini.
Pertumbuhan ekonomi melambat
Jam kerja dan beban kerja meningkat bagi karyawan yang tersisa
Gangguan layanan, seperti keterlambatan transportasi umum, kekurangan staf medis, dan operasional restoran
Pemerintah dan perusahaan di Jepang mulai mengambil beberapa langkah untuk mengatasi krisis ini:
Mendorong partisipasi perempuan dan lansia di dunia kerja
Mengembangkan teknologi otomatisasi dan robot
Melonggarkan kebijakan tenaga kerja asing di sektor-sektor tertentu
Menyediakan pelatihan khusus bagi pekerja dari luar negeri
Kesimpulan:
Kekurangan tenaga kerja di Jepang adalah hasil dari tren demografis jangka panjang dan perubahan sosial. Tantangan ini mendorong Jepang untuk membuka diri terhadap perubahan—baik melalui teknologi maupun kerja sama internasional. Masa depan tenaga kerja Jepang sangat bergantung pada bagaimana negara ini bisa menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan kondisi sosial dan budaya yang ada.