Zaman terus berubah, begitu pula cara pandang anak muda terhadap kehidupan—termasuk soal pernikahan. Jika dulu menikah di usia muda dianggap sebagai hal yang umum, bahkan "ideal", kini banyak anak muda Indonesia yang justru memilih untuk menunda pernikahan. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi fenomena ini?
Sebuah survei dari Katadata Insight Center (KIC) di tahun 2023 menunjukkan bahwa 64% anak muda usia 20–35 tahun belum menikah, dan dari jumlah tersebut, sekitar 75% tidak merasa terburu-buru untuk menikah. Angka ini mencerminkan adanya pergeseran besar dalam cara pandang generasi muda terhadap institusi pernikahan.
Ada berbagai alasan yang membuat generasi muda memilih untuk menunda pernikahan, antara lain:
Fokus pada Pendidikan dan Karier
Banyak anak muda yang ingin menyelesaikan pendidikan tinggi terlebih dahulu, atau mengejar stabilitas dalam karier sebelum memulai hidup berkeluarga.
Pertimbangan Finansial
Biaya hidup yang terus meningkat, ditambah dengan ketidakpastian ekonomi, membuat banyak orang merasa perlu untuk mapan secara finansial dulu sebelum menikah.
Kesadaran Akan Kesiapan Mental
Menikah bukan hanya soal cinta, tapi juga kesiapan emosional, komunikasi, dan tanggung jawab. Generasi muda semakin sadar bahwa menikah sebelum siap secara mental bisa berujung pada masalah di kemudian hari.
Ingin Menikmati Hidup Lebih Dulu
Banyak yang ingin menikmati masa muda dengan traveling, eksplorasi hobi, dan membangun diri, sebelum berbagi hidup dengan orang lain.
Trauma atau Pengalaman Lingkungan
Melihat tingginya angka perceraian atau konflik rumah tangga di sekitar mereka, sebagian anak muda merasa skeptis terhadap pernikahan dan ingin lebih berhati-hati.
Salah satu kutipan dari responden dalam survei mengatakan, “Menikah itu bukan lomba siapa cepat, tapi siapa yang siap.” Ini mencerminkan cara pikir yang lebih matang dan realistis terhadap pernikahan.
Menunda menikah bukan berarti takut menjalin hubungan serius, tapi lebih kepada memilih waktu yang tepat—waktu di mana seseorang merasa cukup kuat secara mental, emosional, dan finansial untuk menjalani kehidupan rumah tangga.
Masyarakat juga perlu mulai membuka pikiran dan tidak lagi menjadikan usia sebagai satu-satunya indikator "kesiapan menikah". Dukungan terhadap keputusan individu—baik yang ingin menikah muda, maupun yang memilih menunda—adalah bentuk empati sosial yang sehat.
Pernikahan adalah komitmen jangka panjang, dan kesiapan adalah kunci utama. Anak muda zaman sekarang bukan anti-menikah, mereka hanya ingin memastikan bahwa ketika mereka melangkah, itu dilakukan dengan sadar dan siap. Jadi, menikah muda atau menunda? Tak ada jawaban yang salah—yang penting, kamu tahu kenapa kamu memilih jalan itu.