CNBC Indonesia
Beberapa waktu belakangan Jakarta tengah diterpa angin kencang baik pagi, siang, ataupun malam hari. Apa penyebabnya?
Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menjelaskan penyebabnya. Menurutnya Indonesia saat ini memang tengah diterpa fenomena belokan angin dan konvergensi.
Fenomena Belokan Angin dan Konvergensi
Lebih lanjut, Guswanto menyatakan fenomena ini tidak hanya terjadi di Jakarta. Tetapi juga beberapa daerah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, dan Banten. Angin kencang bisa terjadi karena adanya gradien (perubahan kecepatan) tekanan yang tinggi. Gerak angin juga bisa diklasifikasikan tergantung musimnya. Angin yang terjadi saat ini adalah angin baratan. "Angin kencang terjadi karena gradien tekanan yang tinggi. Angin juga musiman, angin timuran terjadi saat musim kemarau dan angin baratan terjadi saat musim hujan," tambah dia.
Tidak hanya angin, berbagai daerah di Indonesia juga berpotensi mengalami pertumbuhan awan hujan. Berdasarkan analisis streamline BMKG, pertumbuhan awan hujan merata dari wilayah barat hingga timur Indonesia. "Daerah potensi pertumbuhan awan hujan di Aceh, Sumut (Sumatera Utara), Banten, DKI Jakarta, Jabar (Jawa Barat), Jateng (Jawa Tengah), Jatim (Jawa Timur), Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalbar (Kalimantan Barat), Kalsel (Kalimantan Selatan), Kaltim (Kalimantan Timur), Kaltara (Kalimantan Utara)," tuturnya.
Potensi Cuaca Ekstrem Saat Libur Nataru
Di kesempatan berbeda, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan peringatan hadirnya potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2024 dan tahun baru 2025. Ada beberapa faktor yang menyebabkan cuaca ekstrem bisa terjadi. Salah satunya fenomena La Nina yang tengah melanda Indonesia. Meski lemah, La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40%. La Nina diperkirakan akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025.
Tidak hanya La Nina, BMKG juga telah melihat dinamika atmosfer yang tengah aktif bersama, yakni Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge. Keduanya bergerak dari daratan Asia (Siberia) ke wilayah barat Indonesia yang berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan. Tingginya curah hujan bisa berdampak pada bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dan tanah longsor.
"Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025," beber Dwikorita dikutip dari rilis di laman resmi BMKG.
BMKG akan mengeluarkan berbagai peringatan terkait perkembangan cuaca selama periode Nataru. Informasi bisa diakses melalui aplikasi @infobmkg. "Silahkan akses informasi dari platform tersebut sebagai acuan dalam beraktivitas selama pekan Nataru. Disana juga terdapat informasi gempabumi dan lain sebagainya," pungkasnya.