https://images.search.yahoo.com/search/images;_ylt=AwrgzKP5sJhmtJMFAVZXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zAzE
Sistem pendidikan di Jepang merupakan salah satu contoh pola pendidikan yang berhasil menerapkan norma-norma yang luar biasa. Jepang merupakan salah satu negara yang unggul dalam sistem pendidikan hal ini juga di buktikan oleh survey Best Country Report yang diadakan oleh US News and World Report. Dalam survey tersebut Jepang menduduki peringkat ke 7 sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di seluruh dunia. Mengapa demikian?
Kali ini, kita akan mengupas konsep pendidikan di Jepang dengan cara mengamati proses pendidikan yang mereka terapkan di setiap jenjang pendidikannya. Mulai dari Taman Kanak-kanak, SD, SMP, SMA, hingga Universitas.
Konsep pendidikan di Jepang yang akan pertama kali kita bahas yaitu tingkat pendidikan TK.
Di Indonesia, mungkin kamu terbiasa melihat anak-anak pada tingkat pendidikan TK mulai belajar berhitung, membaca, dan materi pelajaran kognitif lainnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak akan kamu temui di Jepang.
Jepang merancang konsep tingkat pendidikan TK bukan bertujuan untuk pengajaran, tetapi merupakan proses pendidikan. Pada tingkatan ini, anak-anak akan diperkenalkan dan dilatih untuk mengembangkan beragam keterampilan hidup agar membentuk pola kebiasaan sehari-hari yang bersifat positif.
Jadi, anak-anak tidak diberikan materi pelajaran seperti di Indonesia. Keterampilan hidup yang dimaksud meliputi gosok gigi, makan, latihan buang air besar sendiri, dan kegiatan lainnya. Sedangkan Indonesia berfokus pada kurikulum untuk pengembangan intelektual anak.
Sesungguhnya, kurikulum Jepang dan Indonesia hampir mirip pada tingkat pendidikan SD ini. Tetapi, ada perbedaan dengan mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1 dan 2 SD. Anak-anak SD sudah disuguhkan dengan pelajaran IPA, IPS, maupun mata pelajaran lain sejak di kelas awal. Akan tetapi, siswa kelas 1 dan 2 SD di Jepang diberikan mata pelajaran kebiasaan hidup, musik, dan menggambar.
Mengapa demikian? Menurut negara Jepang, anak-anak di tingkat 1 dan 2 SD merupakan anak-anak yang baru melalui masa transisi dari tingkat pendidikan sebelumnya yaitu TK. TK penuh dengan kegiatan bermain daripada belajar di dalam kelas, sehingga lebih baik untuk menekankan pelajaran hidup sehari-hari pada masa transisi mereka. Mata pelajaran kebiasaan hidup yang diajarkan bertujuan agar anak-anak menjadi terbiasa melakukan pola hidup mandiri sejak dini.
Jepang memberikan porsi pembelajaran yang lebih terhadap mata pelajaran bahasa Jepang dan berhitung. Dan yang membuat kurikulum Jepang berbeda dengan Indonesia yakni siswa pada tingkat SD tidak mengenal ujian kenaikan kelas. Jika siswa berhasil menyelesaikan proses belajar di kelas maka secara otomatis akan naik ke kelas berikutnya.
Pada tingkat pendidikan SMP, Jepang menitikberatkan kurikulum pada pendidikan bahasa Jepang, matematika, IPA, dan IPS. Pendidikan bahasa asing dahulu kala menjadi pelajaran pilihan bagi murid, tetapi pada kurikulum 2002 kini menjadi pelajaran wajib di tingkat SMP.
Jepang menerapkan wajib belajar sembilan tahun dari jenjang SD dan SMP. Ini bukan peraturan semata, karena jika ada orangtua yang tidak menyekolahkan anaknya maka akan diberikan sanksi hukuman. Biaya pendidikan di Jepang sebagian besar ditanggung pemerintah, mulai dari biaya masuk, biaya pengajaran, buku sekolah, hingga fasilitas sekolah. Orangtua biasanya hanya membayar perlengkapan sekolah, makan siang, dan biaya piknik untuk anak.
Di Jepang, tingkat pendidikan SMA merupakan tingkatan yang paling sering mengalami perubahan kurikulum dibanding tingkat lainnya. Jepang menerapkan kompleksitas pelajaran pada tingkatan ini. Seperti Indonesia, SMA di Jepang sudah diadakan sistem penjurusan. Akan tetap, penjurusan tersebut dilakukan di kelas 3 SMA. Jurusan yang disediakan meliputi IPA dan Budaya atau Sosial.
Tingkat pendidikan perguruan tinggi di Jepang bisa dibilang mirip dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi di Indonesia. Tingkat universitas di Jepang menawarkan gelar Sarjana, Magister, dan Ph.D dalam berbagai bidang dan disiplin ilmu. Pendidikan pada tingkatan ini disediakan oleh universitas swasta, negeri, dan perguruan tinggi junior.
Masa studi Sarjana (gakushi) di Jepang adalah empat tahun, kecuali beberapa program seperti medis, kedokteran gigi, kedokteran hewan, dan farmasi. Masa studi bagi beberapa program dalam rumpun kesehatan tersebut biasanya berlangsung hingga enam tahun. Mahasiswa harus mengumpulkan setidaknya 124 kredit kursus untuk mendapatkan gelar Sarjana di Jepang.
Masa studi Pascasarjana di Jepang adalah dua tahun untuk sebagian besar program. Pada tingkatan ini, studi menggabungkan kuliah, penelitian, berbagai proyek dan penulisan disertasi. Mahasiswa harus mengumpulkan setidaknya 30 kredit kursus untuk mendapatkan gelar Master di Jepang. Dan mahasiswa yang bisa mengikuti studi Pascasarjana adalah mereka yang telah menyelesaikan pendidikan Sarjana.
Masa studi Doktor (hakase) di Jepang adalah tiga tahun untuk sebagian besar program, kecuali gelar Ph.D medis. Ini merupakan pencapaian akademik tingkat tertinggi dari sistem pendidikan di Jepang. Program ini menawarkan pendidikan berdasarkan penelitian berkualitas dan teknik pengajaran berteknologi tinggi.
Berdasarkan pembahasan di atas, konsep pendidikan negara Jepang memiliki kemiripan dengan Indonesia, dimana siswa perlu melalui 4 tahap pendidikan yaitu 6-3-3-4. Artinya, siswa harus melewati 6 tahun untuk tahap pendidikan SD, 3 tahun untuk tahap pendidikan SMP, 3 tahun untuk tahap pendidikan SMA, dan 4 tahun untuk tahap pendidikan Perguruan Tinggi.
Hal yang juga menjadi pembeda konsep pendidikan Indonesia dengan Jepang yaitu Jepang berfokus pada pengembangan watak dan kepribadian siswa serta menjadikan kinerja belajar siswa sehari-hari sebagai penentu kelulusan. Sedangkan Indonesia berfokus pada pelajaran logika dan penilaian hasil akhir semester siswa sebagai penentu kelulusan.
Demikian artikel mengenai konsep pendidikan di Jepang yang berhasil dan bisa dicontoh oleh guru dan sekolah di Indonesia.