https://odashi.co.jp/osechi-omoi/
Dalam memperingati tahun baru, Jepang memiliki budaya yang berbeda dibandingkan negara-negara lainnya. Biasanya, perayaan tahun baru hanya dihabiskan untuk beristirahat dan tidur setelah mengadakan perayaan pesta pergantian tahun pada malam sebelumnya. Namun di Jepang, perayaan tahun baru lebih memfokuskan tentang menghabiskan waktu bersama keluarga dibandingkan berpesta. Tahun baru adalah waktu untuk orang-orang Jepang pulang ke kampung halamannya, mengunjungi kunjungan pertama mereka pada awal tahun di kuil lokal, dan menikmati berbagai macam makanan tradisional.
Osechi ryori, atau biasanya disingkat dengan “osechi”, adalah nama tradisional untuk makanan yang disiapkan dengan indah yang dibagikan di antara anggota keluarga atau teman yang berkumpul untuk merayakan tahun baru. Osechi, baik buatan sendiri ataupun dibeli dari toko, biasanya disajikan dalam sebuah kotak pernis bertumpuk yang memiliki motif elegan yang disebut dengan “Jubako”.
Menurut beberapa teori, awal mula Osechi berawal dari periode Yayoi di Jepang (300 SM – 300M), yang pada masa itu berfungsi sebagai persembahan untuk para Dewa, berterima kasih kepada mereka atas panen yang melimpah. Festival panen ini disebut “sekku”, dan makanan yang disiapkan sebagai bagian dari ritual tersebut disebut dengan makanan sekku. Hingga pada periode Heian (794 – 1185), persembahan ritual makanan dipersembahkan kepada para dewa pada saat Sechinichi, atau hari-hari yang menandai pergantian musim menurut penanggalan tradisional Tiongkok yang digunakan pada saat itu. Yang paling penting adalah pada saat Sechinichi, dimana menandai awal tahun baru. Pada hari ini, hidangan khusus dipersembahkan untuk para Dewa dan juga disantap oleh anggota masyarakat istana.
Selama berabad-abad, tradisi ini menyebar ke seluruh masyarakat di Jepang, dan pada periode Edo (1603 – 1868), tradisi ini dipraktikkan secara umum di seluruh Jepang. Mereka berasimilasi dengan kepercayaan-kepercayaan lainnya, terutama dimana pada hari-hari pertama tahun baru, segala jenis pekerjaan -termasuk memasak- harus dihindari. Ada dua teori yang berkembang mengenai hal ini. Pertama, para dewa tidak boleh diganggu oleh suara memasak pada hari-hari pertama pada awal tahun. Dan yang kedua, awal tahun adalah waktu yang digunakan untuk beristirahat, ketika semua orang -terutama wanita rumah tangga, yang melakukan sebagian besar pekerjaan rumah pada masa itu- dapat menikmati waktu beristirahat dengan layak.
Pada awalnya, osechi adalah makanan yang cukup sederhana -sayuran yang direbus dalam kecap dan cuka- tetapi selama berabad-abad, semakin banyak juga jenis makanan yang ditambahkan ke dalam jenis osechi, menjadikannya menjadi sesuatu yang lebih rumit. Hampir semua masakan ini memiliki makna khusus, baik yang berkaitan dengan nama makanan dalam bahasa Jepang maupun yang berkaitan dengan penampilan atau ciri khusus lainnya. Seperti:
Dewasa ini, seperti halnya tradisi apa pun, tidak semua hidangan dimakan pada setiap keluarga, dan ada beberapa hidangan yang menghilang seiring berhalannya waktu – terkadang karena orang yang lebih muda tidak terlalu suka memakannya, atau karena seleranya berubah. Namun, pada satu sisi, Osechi ryori lebih dari sekadar makanan di Jepang, ini adalah sebuah bagian erat dari tradisi tahun baru di Jepang. Berbagi hidangan pada perayaan ini juga merupakan cara merayakan tahun baru dengan berbagi niat kesehatan, kemakmuran, dan kebahagiaan bersama keluarga.
Artikel ini dirangkum dari:
https://www.tokyoweekender.com/2020/12/meaning-osechi-ryori-japan-traditional-new-year-food/