https://image.itmedia.co.jp/l/im/makoto/articles/1506/10/l_yd_kashi1.jpg
Oyatsu adalah budaya Snack-Time pada sore hari di Jepang, atau secara general, bisa disebut juga sebagai cemilan. Disebut Oyatsu karena dimakan pada “Yatsudoki” (yaitu sekitar pukul 15.00 di zaman modern). Saat ini juga, oyatsu dapat diartikan juga sebagai “jajanan jam 3”.
Di Jepang, masyarakat zaman dahulu hanya makan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Namun, untuk menjaga fisik mereka yang sebagian besar zaman dahulu adalah seorang petani, mereka menyantap makanan ringan saat beristirahat, mereka membedakannya dengan makan siang dan Snack-time. Pada era Genroku, makan tiga kali sehati menjadi hal yang biasa, tetapi mulai saat itu istilah “oyatsu” muncul.
Dalam buku harian Takizawa Bakin, seorang seniman gesaku di akhir zaman Edo, makanan-makanan ringan seperti manju, senbei, dango sering muncul pada karyanya. Pada Ukiyo-e Utagawa Toyokuni III, terdapat juga salah satu karyanya yang mana makanan gula berbentuk ikan “kinkatou” sedang diberikan kepada anak-anak.
Karena cara menghitung waktu telah berubah setelah era Meiji, ada beberapa orang yang menyebutnya “osanji”, dan bahkan di kamus bahasa Jepang ada istilah yang merujuk ke “osanji”, tetapi pada akhirnya, kata tersebut dihapus dalam kamus karena istilah itu tidak banyak digunakan di seluruh Jepang. Pada akhirnya, “oyatsu” tetap menjadi ucapan standar untuk snack-time.
Apa yang dimakan sebagai oyatsu biasanya memiliki rasa yang manis. Misalkan permen, buah-buahan, kue, dll. Dengan kata lain, oyatsu cenderung relatif tinggi kalori. Snack hanyalah makanan ringan dan biasanya dimakan dengan jumlah yang sedikit dibandingkan dengan makan besar.
Oyatsu memperkuat gagasan bahwa ngemil layak untuk mendapatkan pengakuannya sendiri. Oleh karena itu, batasan dapat membantu kita untuk membantu kita membuat keputusan yang lebih baik tentang cara kita makan. Dengan cara ini, ngemil bukan hanya aktivitas tanpa pikiran, tetapi memilih untuk ngemil dengan tujuan dalam pikiran:
Dengan tujuan dalam pikiran, keputusan seputar makan dibuat untuk pemenuhan kebutuhan kita, yang membantu mencegah makan berlebihan.
Oyatsu menjadi menarik karena setiap negara memiliki sejarah dan budayanya tersendiri untuk menikmati snack-time. Namun, asal muasal dari snack-time di barat adalah Afrernoon Tea di Inggris. Di Jepang, bagaimanapun istilah “yatsudoki” adalah budaya cemilan yang dikembangkan oleh kelas petani. Sekarang, oyatsu mengacu kepada cemilan terlepas dari jam memakannya, tetapi tetap akar dari istilah tersebut bertahan hingga hari ini.
Sumber:
https://heated.medium.com/the-japanese-3-oclock-snack-to-prevent-mindless-munching-e90babd13888
https://ja.wikipedia.org/wiki/%E3%81%8A%E3%82%84%E3%81%A4
https://heated.medium.com/the-japanese-3-oclock-snack-to-prevent-mindless-munching-e90babd13888