Perfect Blue, adalah sebuah anime karya Kon Satoshi yang dirilis pada 7 Agustus 1997. Film yang berdurasi 81 menit ini diproduksi oleh MadHouse, salah satu perusahaan animasi terbesar di Jepang yang juga memproduksi anime-anime lainnya seperti Hajime no Ippo, Death Note, No Game No Life, hingga masih banyak lainnya. Film anime ini bergenre psychological – thriller ini memperlihatkan bagaimana sebuah realita gelap sebagai seorang idol menghadapi fansnya. Dirinya mulai menjadi korban penguntitan, beberapa kejadian mengerikan mulai terjadi, dan pandangan Mima terhadap realita mulai kabur.
Menceritakan tentang Mima Kirigoe, salah satu anggota grup idol Jepang bernama “CHAM!” yang tiba-tiba memutuskan untuk “lulus” dari grup idol yang saat itu sangat populer dan memiliki banyak penggemar untuk menjadi seorang aktris. Dalam peralihannya dari seorang member idol menjadi seorang aktris, banyak teror yang ditujukan kepadanya sebagai akibat dari tidak terimanya para fans Mima yang memutuskan untuk “lulus”, ditambah perjalanan Mima menjadi seorang aktris yang tidak begitu mulus karena disering kali dipaksa untuk beradegan dewasa menambah kemarahan fansnya. Aksi teror dari fansnya mulai membayangi dirinya mulai saat itu, terutama dari seorang yang menamai dirinya “Me-Mania” yang menjadi stalker dan selalu ada dimanapun Mima sedang melakukan pekerjaannya. Pada saat itu, banyak kejadian-kejadian pembunuhan kejam yang berhubungan dengan Mima hingga membuat dirinya ragu dan menyalahkan dirinya sendiri atas jalan yang ditempuhnya sekarang, hingga pada suatu titik dirinya sudah tidak bisa membedakan lagi antara realita dan fantasi dalam pikirannya.
Premis yang disajikan pada anime ini memang harus diakui akan sangat sulit dipahami dan dimengerti oleh penonton jika ditonton hanya setengah-setengah. Genre Psychological – Thriller yang disajikan juga bagi saya tidak cocok untuk semua orang, beberapa adegan kekerasan dan adegan dewasa yang ditampilkan menambah kesan jika memang anime ini dikhususkan ke penonton dewasa saja. Dalam menonton anime ini pun, penonton seolah-olah seperti dipermainkan disepanjang anime ini –bagaimana penggambaran pada sepertiga awal anime ini dibuat seolah ceria dan mengembirakan, yang berubah menjadi mencekam yang menyerang pikiran penonton pada dua-pertiga akhir anime ini. Itulah yang saya rasakan ketika pertama kali melihat anime ini; bagaimana pada sepertiga awalnya saya melihat antusiasme, semangat, dan keteguhan Mima untuk “lulus” dari CHAM! dan merubah peruntungannya untuk menjadi aktris, yang berubah menjadi sesuatu yang mencekam, menakutkan dan Mima menjadi paranoid akibat dari periaku “maniak” yang tidak senang jika dirinya lulus dari CHAM! di dua-pertiga cerita anime ini.
Selain dari premis, penonton juga diajak untuk melihat beberapa sudut pandang para tokoh lainnya atas lulusnya Mima dari CHAM! menjadi seorang aktris. Bagi Mima sendiri, peralihannya tersebut merupakan sebuah titik awal bagi dirinya dikenal secara luas supaya tidak hanya sebagai seorang idol, tetapi juga sebagai aktris di Jepang. Di sisi lain, Rumi Hidaka selaku manager dan mantan anggota idol, sangat menyayangkan lulusnya Mima dari CHAM! karena baginya datangnya Mima ke Tokyo adalah untuk menjadi seorang idol, bukan menjadi seorang aktris. Di sisi lainnya, Me-Mania sebagai salah satu fans Mima sangat marah dan tidak terima jika idola kesayangannya harus berhenti dari CHAM!, yang kemarahan itu memuncak saat Mima harus memerankan adegan dewasa dan melakukan sesi foto dengan gaya yang vulgar.
Dengan beberapa sudut pandang yang diperlihatkan pada anime tersebut, realita dan fantasi yang ada menjadi sangat kabur. Tokoh Mima menjadi sangat bimbang mana kala menerima teror dan penguntit dirinya pada saat melakukan adegan dewasa. Dirinya memang menerima segala konsekuensi atas peran yang dilakukannya tersebut, tetapi di lain sisi terjadi konflik batin dalam dirinya atas jalan yang dipilihnya. Di dalam lubuk hatinya terdalam, dirinya masih memendam rasa menyesal terhadap pilihannya yang lulus dari CHAM!.
Tidak bisa dipungkiri jika Perfect Blue merupakan salah satu film dengan Plot-Twist yang sangat sulit untuk dipahami diantara film-film yang pernah saya tonton. Bagaimana Plot-Twist tersebut menjadi kekuatan utama dalam film ini. Kon Satoshi selaku sutradara membuat perbedaan antara dunia realita dan dunia fantasi dari tokoh Mima menjadi sangat kabur, yang mana sudut pandang penonton terhadap alur cerita-pun menjadi membingungkan dan membuat bertanya-tanya, apakah saat ini Mima sedang berada pada dunia fantasinya atau dunia realitanya. Unsur tersebut membuat klimaks pada ceritanya menjadi lebih menegangkan dengan ending yang membuat penonton memiliki persepsinya masing-masing terhadap keseluruhan film tersebut.
Secara keseluruhan, realitas yang terjadi pada film ini tentang dunia hiburan-pun masih sangat relevan bahkan hingga saat ini. Bagaimana realitas pada artis dalam dunia hiburan yang masih sering dieksploitasi, hingga bagaimana artis-artis tersebut terkadang harus melakukan sesuatu yang dianggap “kotor” di dunia hiburan demi bisa bertahan di dunia tersebut, terutama bagi seorang perempuan yang berada di dunia hiburan. Hal tersebut tergambar jelas pada tokoh Mima yang mana dirinya melakukan cara apapun untuk bisa bertahan di dunia hiburan walaupun itu melakukan pekerjaan yang dianggap “vulgar” bagi norma dalam masyarakat.
Penokohan antar tokoh pada film ini sangatlah memukau, setiap tokoh digambarkan memiliki karakter yang kuat dan berpengaruh pada keseluruhan jalan cerita. Bagaimana tokoh Mima Kirigoe memiliki karakter yang kuat untuk terus berjuang untuk bertahan pada dunia hiburan setelah lulus dari idol grup “CHAM!”, lalu bagaimana tokoh “Me-Mania” yang memiliki karakter sebagai penguntit Mima dan berperan sebagai sosok antagonis yang selalu meneror Mima, hingga tokoh Rumi Hidaka selaku manager Mima yang over protective dan menjadi salah satu tokoh plot-twist yang dapat merubah akhir dari film ini. Penggambaran 3 tokoh tersebut bagi saya menjadi kunci bagaimana film ini dieksekusi dengan sangan epik dan mind-blowing.
Penggambaran animasi pada film Perfect Blue bukanlah sesuatu yang luar biasa dan menakjubkan. Tetapi di sisi lain, gaya animasi yang disajikan sangat mendukung latar dan tema pada film tersebut. Animasi yang tidak colorful dan cenderung lebih gelap ala animasi tahun 90an, benar-benar membuat penonton bisa mendapatkan feel ketegangan yang disajikan pada film ini. Bagian 30 menit terakhir dalam film ini bagi saya sangat-sangat mind blowing sekaligus takjub akan transisi yang disajikan di film tahun 1997-an. Bagaimana dengan transisi saja, bisa membuat penonton merasakan kegilaannya melihat dunia realitas dan dunia fantasi yang dirasakan oleh tokoh Mima.
Musik yang disajikan pun sangat pas untuk film yang mengedepankan alur cerita. Bagaimana pada bagian awal penonton masih bisa mendengar musik-musik dan BGM yang riang pada 1/3 awal film, dan ketika masuk pada dimulainya konflik muncul, musik yang disajikan berubah menjadi cenderung gelap, menegangkan, dan penuh dengan keputusasaan.
Film Perfect Blue bagi saya merupakan salah satu film mind-blowing yang pernah saya tonton. Banyak plot-twist dan sebuah sudut pandang baru mengenai dunia hiburan, terutama dunia idol dan eksploitasi perempuan di dunia hiburan. Namun, film ini bukanlah sebuah film yang bisa ditonton untuk semua kalangan apalagi bagi yang berusia 18 tahun kebawah, karena film ini mengandung nudity dan berbagai adegan sadis pada beberapa bagiannya. Selain itu juga, cerita film ini juga sangat berat untuk ditonton karena mencampurkan realita dan fantasi dalam satu waktu yang menghasilkan sebuah plot-twist yang membuat penonton seperti dipermainkan pada 2 dunia tersebut. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan jalan ceritanya, “WOW”.