Sanshin adalah alat music yang diproduksi di sekitar Naha di prefektur Okinawa. Ini digunakan untuk Kumiodori, yang merupakan senit eater yang terdaftar di Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO, opera Ryukyu, warisan budaya takbenda Okinawa, serta berbagai jenis musik seperti lagu daerah dan musik pop. Banyak orang terpesona oleh suara sederhana sanshin. Sanshin terdiri dari leher, badan, dan pasak dimana senar dipasang. Ada berbagai jenis sanshin tergantung pada bentuk lehernya, dan di antaranya, ada tujuh jenis sanshin khas yang diberi nama sesuai dengan pengrajin Dinasti Ryuku yang menciptakannya.
Pengerjaan yang halus diperlukan untuk menghasilkan sanshin, dan terkadang dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk membuat satu sanshin, mulai dari pemilihan kayu hingga penyelesaiannya. Kulit ular digunakan pada tubuh. Di masa lalu, itu adalah simbol kekayaan untuk memiliki sanshin dengan tubuh kulit ular di Okinawa. Orang-orang akan memajang sepasang sanshin yang terbuat dari kayu yang sama yang disebut mitu sanshin di ceruk mereka untuk membawa keberuntungan, atau mereka akan menempatkan sanshin di dalam kotak yang dipernis dan menyimpannya. Dengan cara ini, sanshin bukan hanya instrumen, tetapi memiliki arti khusus dalam budaya Okinawa.
Pada akhir abad ke-14, sebuah alat musik bernama sanxian, yang konon merupakan asal mula sanshin, dibawa ke Dinasti Ryukyu dari Tiongkok. Pada abad ke-15, orang-orang dari kelas samurai dianjurkan untuk bermain sanshin. Sanshin menjadi instrumen resmi untuk musik istana pada awal abad ke-17, dan dimainkan di berbagai acara. Pada saat yang sama, sebuah pos untuk mengontrol produser sanshin didirikan. Ini menghasilkan pengrajin ahli yang membuat instrumen berkualitas tinggi. Seiring berkembangnya Kumiodori dan seni pertunjukan lainnya, sanshin memantapkan posisinya sebagai salah satu instrumen utama dalam musik istana.
Dengan penghapusan domain feodal dan pembentukan prefektur pada tahun 1897, domain Ryukyu menjadi prefektur Okinawa, dan kelas samurai yang merupakan pemain sanshin, kehilangan posisi mereka. Namun, saat menyebar ke berbagai daerah, sanshin menjadi dikenal secara luas oleh masyarakat umum.
Banyak sanshin yang hilang dalam perang ketika Okinawa menjadi medan perang pada tahun 1945, tetapi pada dan setelah tahun 1955, instrumen indah yang dapat menghindari kerusakan akibat perang mulai dilindungi sebagai kekayaan budaya yang penting, dan budaya sanshin yang dimulai dari Dinasti Ryukyu masih dihargai dan dilindungi hingga saat ini.
Sumber: https://kogeijapan.com/locale/en_US/sanshin/