https://twitter.com/sao_anime/status/1473216923701760004/photo/1
*Peringatan: artikel ini mungkin akan mengandung spoiler.
Setelah pertarungan yang epic pada musim ketiga serial Sword Art Online: Alicization di tahun 2020 kemarin, franchise Sword Art Online kembali lagi dengan sebuah film animasi yang berjudul Sword Art Online: Progressive – Aria of a Starless Night. Film animasi ini diadaptasi dari volume pertama series light novel yang berjudul Sword Art Online: Progressive. Film ini tayang di layar bioskop Jepang pada 30 Oktober 2021, dan tiga bulan setelahnya, film animasi ini resmi tayang di bioskop-bioskop Indonesia melalui CGV pada 5 Januari 2022. Sword Art Online: Progressive – Aria of a Starless Night merupakan film animasi kedua dari franchise Sword Art Online, setelah sebelumnya merilis film animasi Sword Art Online the Movie: Ordinal Scale di tahun 2017 yang lalu.
“There’s no way to beat this game. The only difference is when and where you die...”
Pada tanggal 6 November 2022, 10.000 pemain masuk ke sebuah permainan Virtual Reality Massively Multiplayer Online Role-Playing Game (VRMMORPG) yang bernama Sword Art Online (SAO), hanya untuk mengetahui bahwa mereka tidak dapat log out dari permainan tersebut. Akihiko Kayaba sebagai pencipta game tersebut memberi tahu satu-satunya jalan untuk keluar dari permainan tersebut adalah dengan mengalahkan semua 100 lantai Aincard (kastil baja yang merupakan latar SAO) jika ingin log out dari permainan tersebut. Mati di dalam game atau NerveGear (hardware yang digunakan untuk masuk ke dalam dunia virtual) mereka dilepaskan secara paksa akan menyebabkan otak mereka juga dihancurkan, sehingga membunuh mereka di kehidupan nyata juga.
Satu bulan telah berlalu sejak permainan mematikan tersebut dimulai, dan sudah 2000 pemain yang mati karena permainan ini. Asuna, yang telah masuk ke dalam permainan itu dengan temannya Mito, awalnya berjuang untuk menghadapi kenyataan barunya yang terjebak di dalam permainan tersebut. Usaha Asuna akhirnya mengarah kepada pertemuannya dengan Kirito, seorang pemain yang dilabeli sebagai “beater”, yaitu gabungan antara ”beta tester” dan ”cheater”.
Asuna dan Kirito adalah dua orang dengan karakter yang berbeda, tetapi mereka sama-sama ingin bertarung sendirian. Walaupun demikian, mereka menemukan diri mereka ditarik bersama untuk menghadapi berbagai tantangan yang terdapat di Aincard baik dari dalam maupun dari luar. Mengingat bahwa dunia SAO yang mereka tinggali sekarang telah dibuat sebagai perangkap kematian, para pemain yang masih hidup pun mulai putus asa, dan keputusasaan adalah hal yang berbahaya bagi penyendiri seperti Asuna dan Kirito. Ketika kesendiriaan sama saja dengan bunuh diri, akankah keduanya dapat mengatasi perbedaan mereka untuk menemukan kekuatan untuk percaya satu sama lain, dan demikian mampu bertahan di dunia Aincard?
Bagi para penikmat light novel ataupun anime dari franchise Sword Art Online, film ini merupakan salah satu yang bisa memunculkan rasa nostalgia bagi para penontonnya, terlebih lagi bagi yang sudah menonton anime ini dari awal musil pertama yang rilis di tahun 2012. Timeline yang diambil adalah Sword Art Online musim pertama diantara akhir dari episode 1 sampai episode 2. Terlebih lagi latar yang ditampilkan adalah Aincard, latar di mana premis cerita Sword Art Online dimulai hingga kini; yaitu permainan pada dunia metaverse.
Saya pun pada saat menontonnya seolah merasakan kembali hype yang dahulu pernah saya rasakan pada saat menonton musim pertama anime Sword Art Online. Aincard adalah awal dari semua cerita Sword Art Online dimulai, bagaimana dalam perkembangannya Sword Art Online memperkenalkan dunia-dunia virtual yang lainnya seperti Alfheim Online, Gun Gale Online, Ordinal Scale, Project Alizication, dan tidak menutup kemungkinan akan ada lagi banyak dunia baru yang diperkenalkan oleh anime ini kedepannya. Bagi saya sangat menyenangkan saat menonton film ini karena rasa nostalgia dan ingin rewatch anime-nya kembali lagi.
Cerita pada Film animasi ini diadaptasi dari volume pertama series light novel yang berjudul sama. Memiliki plot, alur dan premis yang sama dengan anime pada musim pertamanya, tetapi film ini bukanlah sebuah penceritaan ulang, melainkan sebuah cerita yang baru dan segar dengan menambahkan apa yang sudah ada. Film ini pun lebih memperlihatkan sudut pandang Asuna sebagai pemain baru dan pemula pada dunia Sword Art Online. Pada film ini juga memperlihatkan bagaimana kehidupan keseharian Asuna yang berada pada keluarga yang “berada” yang penuh dengan tuntutan dan ekspetasi dari keluarganya. Beruntungnya dia berteman dengan Misumi Tozawa (atau Mito) disekolahnya.
Asuna yang berteman dengan Mito yang maniak dengan game selalu menemani dirinya untuk bermain. Pada satu titik, walaupun Asuna bukanlah seorang yang maniak dengan game, tapi karena ajakan dari Misumi Tozawa (atau Mito), Asuna mencoba untuk masuk ke dalam permainan tersebut menggunakan NerveGear milik kakaknya; yang pada hari itu pula, hari perilisan Sword Art Online dan semua pemain yang sudah masuk terjebak ke dalam permainan antara hidup dan mati yang dibuat oleh Akihiko Kayaba. Dan perjalanan Asuna berpetualang di dunia kematian yang baru dimasukinya dimulai.
Karena cerita yang masih sama dengan musim pertama anime-nya, katakternya pun tidak ada yang berubah sama sekali, hanya penambahan karakter original bernama Misumi Tozawa (atau Mito) sebagai karakter baru yang tidak ada pada anime musim pertamanya. Mito pada film ini diceritakan sebagai teman, mentor, dan seseorang yang memperkenalkan dunia Sword Art Online kepada Asuna. Peran Mito sangatlah memegang kunci (setidaknya sampai pertengahan film) alur pada film ini. Bagaimana ketika dia mementori dan mengajari Asuna dengan memperkenalkan dunia Sword Art Online ditengah ketakutan dan depresi Asuna terjebak dalam dunia survival yang sedang dia hadapinya. Dan klimasnya pada saat Mito meninggalkan Asuna sendiri karena menganggap dirinya akan mati diserang oleh para monster. Sangat disayangkan pengembangan karakter Mito hanya sampai di pertengahan film saja, karena setelah itu peran Mito hanya sebagai pelengkap karakter Asuna dan Kirito saja. Pengembangan karakter Mito sebenarnya bisa lebih jauh lagi karena hubungan emosional yang terbangun antara Asuna dan Mito, hanya saja pengembangannya hanya sampai pertengahan film saja.
Untuk karakter lainnya tidak ada penambahan dari segi apapun, tetap sama dengan anime musim pertamanya. Kirito tetap dengan karakter over power dan Asuna tetap dengan karakter heroine-nya. Saya sepertinya bisa memaklumi tentang pengembangan karakter ini karena film ini adaptasi dari anime musim pertamanya, yang mana pastinya tidak akan banyak berubah, tetapi saya hanya sangat menyayangkan karakter Mito yang mentok hanya sampai pertengahan film saja, yang padahal menurut saya bisa memegang kunci pada keseluruhan film ini (tidak hanya sampai pertengahan film saja).
Berbicara tentang visual, saya dapat menikmatinya dengan sangat puas. Visualnya tidak sebagus pada anime season ketiganya yaitu Sword Art Online: Alicization, tetapi ada beberapa peningkatan khususnya jika dibandingkan dengan anime di musim pertamanya. Ada beberapa scene effect di mana pada film ini terlihat lebih halus dan lebih cerah dibandingkan dengan anime musim pertamanya, terutama pada bagian pertarungan di akhir film. Untuk lightning juga terlihat lebih cerah dibandingkan anime musim pertamanya.
Untuk scoring pada film ini digubah oleh Yuki Kajiura, sama seperti scoring pada musim pertama animenya. Mendengarnya pun membawa saya nostalgia sepuluh tahun lalu pada saat pertama kali melihat anime Sword Art Online pertama kalinya. Scoring ala petualangan di dungeon yang sudah terdengar khas dan familiar bagi yang sudah menonton anime season pertamanya memang membawa saya dan mungkin penonton terbawa nostalgia. Lagu ending yang dibawakan Lisa yang berjudul “Yuke” pun menurut saya ear-catching dan enak untuk didengarkan setiap hari. Komposisi pengisi scoring dan lagu ending yang sama pada anime musim pertamanya memang benar-benar sudah menjadi ciri khas dan disukai oleh orang-orang yang mengikuti franchise Sword Art Online ini dari awal.
Film Sword Art Online: Progressive – Aria of a Starless Night bagi saya bukanlah sebuah film yang solid entah itu secara visual, jalan cerita, ataupun secara karakter. Namun, bukan berarti film ini adalah film yang tidak layak ditonton. Nostalgia adalah kunci yang pas untuk menggambarkan keseluruhan film ini. Bagaimana kekuatan BGM, karakter, dan adegan-adegan aksi yang membangkitkan kenangan penonton yang mengikuti franchise ini menjadi poin positif pada film ini. Di sisi lain, sisi negatif pada film ini adalah para penonton awam yang tidak akan mendapatkan rasa nostalgia pada film ini. Walaupun bagi saya penonton awam masih bisa untuk menikmati film ini, tapi akan ada rasa emosional yang kurang bagi penonton awam pada saat pertama kali menonton film ini.