Jalaludin Rumi pernah berkata bahwa “manusia itu bukanlah tetesan di dalam samudra, tapi merupakan sebuah Samudra yang berbentuk tetesan.” Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa setiap orang itu memiliki kompleksitasnya masing-masing, salah satunya dalam memilih paradigma apa yang akan mereka jalani dalam hidupnya.
Seperti yang terdapat dalam buku Timeless Best Seller karya Stephen Covey mengenai tujuh kebiasaan manusia yang efektif, dari buku tersebut Stephen membuat suatu ilustrasi gambar wanita berusia muda dan tua. Dari gambar tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa suatu paradigma terbentuk berdasarkan dari sudut pandang mana kita melihat sesuatu untuk menghasilkan suatu persepsi. Hal ini lebih merujuk pada masalah psikologis dimana dua orang atau lebih dapat melihat hal yang sama namun memiliki persepsi yang berbeda dan keduanya tidak ada yang salah.
Begitu pula dengan habit/kebiasaan seseorang, Aristoteles pernah mengatakan bahwa “Kita adalah apa yang kita kerjakan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan”. Sehingga, untuk menjadi manusia yang efektif, Stephen Covey menyebutkan 7 (tujuh) habit/kebiasaan yang dibuat menjadi poin-poin seperti berikut:
Bukan hidup namanya jika tidak banyak memberikanmu kejutan-kejutan tak terduga. Jika kamu melihat keluar dengan lebih luas lagi bahwa semesta selalu menawarkan banyak pilihan dalam hidup. Kamu adalah CEO dalam dirimu sendiri, bagaimana reaksi orang lain adalah sesuatu yang berada di bawah kendalimu, Sesulit apapun kondisi kamu sekarang, kamu tetap punya pilihan untuk bagaimana bereaksi dan merespon situasi tersebut. Remember, mindset is everything.
Apa yang kamu jalani selama hidup dan hal-hal apa yang kamu korbankan selama menjalaninya pastikan bahwa itu semua memang merujuk pada tujuan akhir apa yang ingin kamu capai. Kuatkan prinsip hidup yang kamu pilih, sehingga apapun jalan hidup yang kamu lalui, prinsipmu tidak akan goyah hanya karena hal-hal kecil yang tidak memberikan dampak konstruktif dalam hidupmu
Prioritas. Setiap orang memiliki prioritas yang berbeda. Seiring berjalannya usia, prioritas tiap orang pun mungkin akan berubah. Biasakan untuk melakukan segala sesuatunya berdasarkan skala prioritas hidupmu. Jangan sampai hidupmu menjadi berantakan karena tidak bisa menentukan prioritas apa dalam hidupmu.
Apakah benar hidup hanya tentang pilihan menang atau kalah? Ya, jika kita melihat segala sesuatunya sebagai sebuah kompetisi. Namun banyak kondisi dan situasi tertentu yang dapat menguntungkan bagi semua pihak sehingga tidak ada yang kalah. Hal ini bisa dilakukan dalam membangun hubungan interaksi antar manusia agar yang mana keduanya dapat lebih menghargai kualitas hubungan tersebut.
Banyak orang ingin dimengerti tapi tidak mencoba mengerti lebih dulu. Banyak orang ingin didengar tapi tidak berusaha mendengar lebih dulu. Padahal hakikatnya, untuk dapat dimengerti kita harus tahu lebih dulu bagaimana caranya mengerti, untuk dapat didengar kita harus lebih dulu tahu bagaimana caranya mendengar. Jangan mengharapkan atau ekspektasi kepada orang lain jika kamu belum belajar mengenai hal tersebut.
Semesta bekerja dengan segala hal yang saling bersinergi satu sama lain meskipun dalam segala perbedaan yang ada. Justru perbedaan itu lah titik utamanya dalam menciptakan suatu sinergi. Memiliki pemikiran terbuka, toleransi, dan menghargai pendapat dan pilihan orang lain tanpa menghakimi akan menciptakan sinergi yang baik bahkan untuk dirimu sendiri.
Manusia bukanlah robot. Manusia memiliki batas dan kapasitas dalam melakukan sesuatu. We can do anything but not everything. Akan ada masa dimana kita harus memberi waktu bagi diri kita. Bukan untuk berhenti melainkan untuk rehat sejenak sehingga nanti dapat memulai kembali dengan lebih baik lagi. Take your time.
https://www.kompasiana.com/metamorfillah/54f3437b745513a32b6c6df6/review-buku-7-habits