https://twitter.com/CiderKotoba/status/1433384211168186368/photo/1
Words Bubbling Up Like Soda Pop (Cider no You ni Kotoba ga Wakiagaru) merupakan salah satu anime yang dirilis pada 22 Juli 2021 dan bisa ditonton melalui layanan streaming Netflix. Film yang berdurasi 87 menit ini merupakan sebuah original movie untuk memperingati 10 tahun perusahaan label musik FlyingDog dan Victor Entertaintment. Film ini sempat dijadwalkan untuk ditayangkan pada tahun 2020 yang lalu, tetapi karena pandemi yang masih melanda film ini ditunda hingga 22 Juli yang lalu didistribusikan oleh Shochiku di Jepang dan Netflix secara Internasional.
Judul bahasa Jepang dari film Cider no You ni Kotoba ga Wakiagaru merupakan sebuah Haiku, sebuah puisi dari Jepang yang terdiri dari 17 karakter yang ditulis tiga baris dan terdiri dari lima, tujuh, lima silabel. Sesuai dengan makna dibalik judulnya, film ini menceritakan tokoh Cherry, seorang laki-laki pemalu yang sangat menyukai haiku yang bekerja di panti orang tua menggantikan ibunya yang sakit dan Smiley, seorang perempuan yang ceria dan “influencer” yang terkenal dikalangan anak muda dan SNS di Jepang. Keduanya memiliki kemiripan sifatnya, yaitu insecurity pada dirinya masing-masing. Cherry yang pemalu memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena itu dirinya selalu memakai headphone untuk membatasi interaksinya terhadap orang lain dan Smiley yang memliki insecurity terhadap gigi depannya yang besar sehingga dirinya selalu memakai masker setiap kali bepergian keluar. Pertemuan keduanya yang tidak terduga karena berbenturan di sebuah mal dan membuat ponsel mereka tertukar menjadi awal premis keseluruhan cerita dimulai.
Seluruh premis yang disajikan pada anime ini tidaklah begitu berat dan rumit, bahkan hal tersebut yang membuat anime ini cukup dapat dinikmati oleh semua kalangan. Ceritanya sangat sederhana, yaitu tentang bagaimana seseorang yang memiliki insecurity bisa saling bertemu dan suka satu sama lain. Cherry yang memiliki insecurity terhadap kemampuan komunikasinya selalu menuangkan pemikiran dan perasaannya melalui sebuah haiku, dan Smiley yang memiliki insecurity terhadap penampilannya selalu berusaha untuk selalu menutupi kekurangan penampilan pada giginya dengan masker. Keduanya pun saling mendukung dan melengkapi satu sama lain untuk tidak memikirkan insecurity pada dirinya masing-masing.
Seiring dengan berjalannya alur, perkembangan karakter dari Cherry dan Smiley mencapai titik klimaksnya pada saat Cherry yang merasa kemampuan komunikasinya sangat lemah, secara perlahan mampu untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya dengan berbicara. Disisi lain, Smiley pun yang minder terhadap penampilan kawat giginya secara perlahan mampu untuk tampil secara percaya diri dan apa adanya, dirinya akhirnya berpikir bahwa penampilan kawat giginya merupakan sesuatu hal yang unik yang dimiliki oleh dirinya. Pengembangan karakter tersebut terjadi karena Cherry dan Smiley saling mendukung dan melengkapi untuk menghadapi insecurity-nya masing-masing.
Memasukan unsur haiku menjadi suatu hal yang sangat saya nikmati saat menontonnya, permainan kata-kata melalui puisi khas Jepang yang berciri khas memiliki susunan silabel 7-5-7 tersebut menjadi sesuatu yang bagi saya menjadi sebuah keindahan tersendiri pada film tersebut. Namun disisi lain, keindahan tersebut hanya dapat dirasakan saja oleh penonton Jepang atau penonton yang paham konteks haiku yang diciptakan. Bagi penonton non-Jepang, akan sangat sulit untuk memahami konteksnya karena keterbatasan bahasa, dan juga ada beberapa bagian yang pengalih-bahasaannya masih tidak sesuai dengan konteks. Seperti beberapa konteks seperti “gigi” dan “daun” yang memiliki pengucapan dalam bahasa Jepang yang sama yang dialih-bahasakannya terkadang tidak sesuai.
Puisi haiku menjadi titik klimaks pada akhir cerita, bagaimana haiku yang dikeluarkan oleh Cherry dari awal cerita ternyata menjadi satu kesatuan haiku untuk mengungkapkan perasaan sukanya kepada Smiley. Melalui haiku tersebut dapat menggambarkan keseluruhan tema yang dibangun pada film ini yaitu warmth-colorful youth summer love.
“Yamazakura, Kakushita Sono Ha, Boku wa Suki”
“Yamazakura, Daun yang Tersembunyi Itu, Aku Menyukainya.”
“Yamazakura, Kawaii Sono Ha, Boku wa Suki”
“Yamazakura, Gigi yang Imut itu, Aku Menyukainya.”
Karakter pada anime ini sangatlah banyak, tetapi kebanyakan dari karakter tersebut hanyalah sekedar karakter pelengkap bahkan ada beberapa yang sekedar “numpang lewat”. Banyaknya karakter yang dimunculkan menyebabkan saya sedikit bingung pada setiap karakter yang muncul, terlebih karakter tersebut muncul secara tiba-tiba dan tidak adanya perkembangan terhadap karakter tambahan tersebut membuat beberapa alur cerita seolah seperti meninggalkan lubang dan tanda tanya. Perbedaan antara karakter utama dan karakter pendukung yang terlihat jauh inilah yang membuat perkembangan cerita dan penyelesaian konflik tokoh utamanya terasa sedikit kurang.
Salah satu daya tarik dari film ini adalah penggunaan warna yang cerah pada animasinya. Penggunaan warna cerah pada anime ini bukanlah cerah yang menyakitkan untuk mata, tetapi cerah yang dapat memanjakan mata. Pada saat menontonnya, mata saya terasa seolah eyegasm, warna-warna pastel yang digunakan pada anime ini sangat menyenangkan untuk dilihat. Namun, penggunaan warna yang memanjakan mata itu tidak dibarengi dengan latar yang dibuat sangat kaku, bagaimana latar langit, mall, hingga ruangan kamar Smiley yang menurut saya terlihat agak sedikit kaku dan minimalis sehingga agak sedikit kurang pas bagi saya. Terlepas dari latar tersebut, memang tidak bisa dipungkiri jika anime ini merupakan salah satu anime yang sangat memanjakan mata.
Selain visual, musik yang berperan dalam anime ini dapat memperkuat adegan-adegan antara Cherry dan Smiley. Audio visualnya membuat beberapa adegan menjadi lebih hidup dan membuat saya yang sedikit kurang fokus dalam menontonnya, dapat kembali fokus ketika mendengarkan audio visual yang disajikan. Puncaknya, ketika lagu YAMAZAKURA yang dinyanyikan Taeko Ohnuki diputar pada adegan terakhir antara Cherry dan Smiley dimana menjadi sesuatu yang sangat emosional bagi saya, bagaimana disaat Cherry menyatakan perasaannya kepada Smiley dengan lantunan haiku ditengah matsuri yang sedang berlangsung, hal itu membuat saya sedikit tersentuh saat menontonnya. Memang proposi musik pada anime ini saya rasa sangat pas dalam membangun adegan-adegan para karakternya.
Voice over para karakternya pun menurut saya sangat baik dan nyaman untuk didengarkan. Bagaimana Cherry yang Somegorou Ichikawa yang menjadi voice over Cherry sangat pas dan sesuai dengan karakter pemalu yang dimiliki Cherry, dan Hana Sugisaki yang menjadi voice over Smiley pun sangat cocok dan sesuai dengan karakter ceria yang dimiliki Cherry. Komposisi voice over para karakternya bagi saya sudah cukup baik dan proporsional.
Saya setuju dengan salah satu postingan di akun Instagram netflixid yang memberikan penilaian jika “Words Bubble Up Like Soda Pop Bagus Banget Titik”. Bagaimana tidak, anime ringan yang konfliknya tidak begitu berat, alurnya yang mudah diikuti, permainan warna pada animasinya yang sangat memanjakan mata, musik dan voice over yang cukup pas, dan yang terakhir; bagaimana tema insecure yang dibawakan pada film ini menjadi sangat berhubungan erat dengan kehidupan pada saat ini. Walaupun dengan beberapa kekurangan yang ada pada film ini, tetapi bagi saya kekurangan tersebut masih dalam tahap dapat ditolerir dan para calon penonton pun bisa menikmati film ini dengan nyaman. Pokoknya, Words Bubble Up Like Soda Pop ini bagus banget.