https://th.bing.com/th/id/R.c8f9b57cf7a48fb5a55c6ad11807e362?rik=ZZ49ls2xD%2fXUcw&riu=http%3a%2f%2fw
Sistem ini didukung oleh jaringan sensor yang tersebar di seluruh penjuru Jepang, menggunakan teknologi canggih untuk mendeteksi gempa dengan akurasi tinggi. Selain itu, sistem ini juga terintegrasi dengan berbagai sarana transportasi dan infrastruktur penting lainnya, sehingga respon terhadap ancaman gempa dapat dilakukan secara cepat dan efisien.
Sistem peringatan dini gempa di Jepang telah terbukti mampu memberikan notifikasi kepada masyarakat dalam hitungan detik sebelum gempa mencapai wilayah tertentu. Hal ini membantu masyarakat untuk segera mengambil langkah antisipasi dan evakuasi yang diperlukan untuk menyelamatkan diri.
Dengan begitu, tingkat kerugian akibat gempa dapat diminimalkan dan keselamatan masyarakat dapat terjamin. Teknologi early warning gempa Jepang telah membuktikan diri sebagai salah satu inovasi yang sangat berharga dalam mitigasi bencana alam.
Pada tanggal 1 Oktober 2007, JMA (Japan Meteorological Agency) meluncurkan layanan Peringatan Dini Gempa Bumi yang disebarkan melalui sejumlah media seperti TV dan radio. Pemerintah Jepang mengembangkan beberapa sistem peringatan dini (Early Warning System) terhadap bencana. Mereka mempunyai MOWLAS (Monitoring of Waves on Land and Seafloor) untuk membantu masyarakat mengetahui kondisi sebenarnya dari bahaya secara real time.
Data yang ada pada MOWLAS terkumpul di pusat data, dan dipublikasikan serta disebarluaskan melalui situs website mereka. Sehingga semua orang dapat mengakses, kapanpun dan dimanapun
Cara kerja sistem peringatan dini gempa bumi atau Earthquake Early Warning (EEW) di Jepang adalah mendeteksi gelombang P awal yang bersifat tidak merusak dari gempa bumi. Gelombang P bisa terdeteksi oleh stasiun seismik yang terletak paling dekat dengan pusat gempa. Gelombang P atau gelombang primer merupakan jenis gelombang seismik yang bergerak melalui bagian dalam bumi. Gelombang ini merupakan gelombang tercepat pertama kali yang tercatat oleh seismograf saat terjadi gempa bumi.
Setelah terjadi gelombang primer, kemudian disusul dengan gelombang S atau gelombang sekunder. Gelombang sekunder cenderung lebih merusak dari pada gelombang primer sebab memiliki amplitudo yang lebih besar dan menyebabkan getaran pada benda yang lebih kuat.
Mengutip Meteorological Agency, informasi-informasi mengenai gelombang P dapat segera dikirimkan ke pusat data. Pusat data kemudian dengan cepat melakukan estimasi lokasi dan kekuatan potensial pusat gempa.